Friday, December 6, 2019

PERSONEL KODIM 0411/LT BERSAMA PRAMUKA DAN MASYARAKAT LAKSANAKAN BHAKTI SOSIAL DALAM RANGKA HARI JUANG KARTIKA (HJK)



Media Center Kodim 0411/LT

Sejumlah 145 Personel yang terdiri dari 4 Perwira Staf Kodim 0411/LT beserta 55 anggota dan 66 siswa Pramuka SMA Taruna Gajah Mada Kota Metro ditambah 20 orang masyarakat melaksanakan kegiatan Bhakti Sosial dalam Rangka memperingati Hari Juang Kartika (HJK) Tahun 2019 Kodim 0411/LT di Masjid Baiturrohim asrama Kodim 0411/LT dan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Metro. Jumat (06/12)


Kegiatan yang diawali Apel Pengecekan oleh Letda Arh Rahmat di lanjutkan dengan Bhakti Sosial Kerja Bhakti pembersihan Masjid Baiturrohim dan halaman sekitarnya pada pukul 08.00 Wib dilanjutkan membersihkan halaman serta Makam TMP Kemala Nusantara Kota Metro pada pukul 09.30.


Tujuan Bhakti Sosial ini disamping dalam rangka menyambut Hari Juang Kartika tahun 2019 juga sebagai sarana semakin mempererat hubungan TNI dengan masyarakat binaan, karena TNI kuat bila selalu bersama masyarakat dan diharapkan kesejahteraan masyarakat akan meningkat saat bersama TNI.


Dikutip dari pembicaraan via telephon Komandan Kodim 0411/LT Letkol Czi Burhannudin,S.E.,M.Si kepada Tim Media Center Kodim 0411/LT menuturkan "Dalam rangka memperingati Hari Juang Kartika tahun 2019 ini Satuan kami akan menggelar berbagai macam Bhakti Sosial berupa karya bhakti seperti pembersihan sarana umum, tempat ibadah dan Taman Makam Pahlawan juga akan menggelar donor darah, pengobatan umum gratis, KB Kesehatan, operasi bibir sumbing, sunat massal atapun kegiatan-kegiatan lain yang dibutuhkan oleh masyarakat binaan Kodim 0411/LT"


 "Semua itu tak lain hanya untuk meningkatkan dan semakin mempererat hubungan TNI dan rakyat, kami menyadari bahwa TNI kuat bila bersama rakyat, dan kami akan semaksimal mungkin bersama masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan" tambahnya.


Hari Juang Kartika sendiri memiliki nilai sejarah yang teramat penting bagi TNI dimana saat itu bermula dari Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945 membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikit pun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung. Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dari Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan emboyan ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.


Lalu terjadilah pertempuran Ambarawa yang dimulai dari Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 Desember hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut lawan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa terdengar tepat pukul 4.30 WIB pada tanggal 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dari segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.


Sekira pukul 16.00 WIB, Jalan Raya Ambarawa - Semarang berhasil dikuasai TKR dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada tanggal 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang. Akhirnya, pasukan sekutu mundur dari Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada tanggal 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang dari TKR. Benteng pertahanan sekutu yang tangguh berhasil direbut pasukan TKR. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 dan keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri. Berdasar Keputusan Presiden RI No. 163/1999, Hari Infanteri kemudian diganti dengan nama Hari Juang Kartika. 


Saat ini Gerak Jalan Peleton Beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya, adalah suatu tradisi yang dilaksanakan setiap tahun menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Infanteri sebagai upaya untuk menggambarkan dan menghadirkan kembali perjalanan gerilya Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, yang juga merupakan Bapak TNI. Peringatan Hari Infanteri diselenggarakan setiap tanggal 19 Desember. Kegiatan ini adalah bagaimana nilai-nilai kejuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa itu diresapi, dihayati dan diamalkan pada setiap diri prajurit, baik dalam pola piker, pola tindak maupun prilaku, sehingga warisan nilai yang ada akan dapat terjaga sampai kapanpun. Bahwa pada tanggal 15 Desember 1945, sebuah peristiwa bersejarah terjadi di kota Ambarawa. Peristiwa yang kenal dengan Palagan Ambarawa ini, memberikan pesan penting, bahwa dengan berbekal tekad, semangat, senjata serta perlengkapan yang sangat sederhana, TNI bersama rakyat berhasil memenangkan pertempuran secara gemilang dalam menghadapi tentara Belanda. Dalam rangkaian peringatan inilah peleton beranting Yudha Wastu Pramuka Jaya dengan mengawal panji-panji atau simbul Korps Infanteri di laksanakan guna menggelorakan semangat dan meresapi nilai-nilai patriotisme para pahlawan. (DL)

No comments:

Post a Comment